TEORI PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL
TEORI PERILAKU
KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL
PENGERTIAN
PENDEKATAN ORDINAL
Pola perilaku
konsumen dengan pendekatan ordinal adalah perilaku konsumen dengan
pendekatan kurva indiferensi. Dilihat secara kualitatif, kepuasan konsumen
tidak bisa diukur hanya dengan ukuran puas/tidak puas, perilaku konsumen
mempunyai skala preferensi.
Pendekatan
ordinal menjelaskan kepuasan konsumen yang dihitung dengan penilaian kualitatif
yang bersifat subjektif dari masing-masing konsumen. Kepuasan maksimum
dicapai saat kurva indiferensi bersinggungan dengan budget line (garis
anggaran) seperti ditunjukkan pada kurva.
ASUMSI – ASUMSI DALAM
PENDEKATAN ORDINAL
- Rationality. Setiap konsumen diasumsikan bertindak rasional, yaitu berusaha mengejar kepuasan maksimum meski dihadapkan dengan keterbatasan anggaran.
- Utility is Ordinal. Berdasarkan asumsi ini, kepuasan itu tidak dapat diukur, namun hanya bisa dibandingkan (sifatnya bertingkat).
- Transitivity and Consistency of Choice. Konsumen senantiasa konsisten dalam membuat pilihan antara berbagai kombinasi barang. Artinya, jika konsumen lebih menyukai barang A dibanding barang B, dan ia pun lebih menyukai barang B dibanding barang C, maka ia pasti lebih menyukai barang A dibanding barang C. Dengan kata lain, jika A > B, dan B > C, maka A > C.
- Non Satiation. Asumsi ini menyatakan bahwa konsumen menyukai barang yang lebih banyak daripada yang sedikit. Konsumen juga diasumsikan selalu ingin terus berkonsumsi. Inilah yang sering disebut sebagai “asumsi ketiadaan kepuasan” atau “konsumsi tanpa kejemuan” (assumption of satiation).
Kombinasi diatas membuahkan kepuasan yang sama
besarnya. Kombinasi A, B, C, dan D tersebut digambarkan ke dalam
sebuah grafik, di mana sumbu horizontal mengukur jumlah pakaian, sedangkan
sumbu vertikal mengukur jumlah makanan.
Bidang yang berada di antara sumbu vertikal dan
sumbu horizontal disebut ruang komoditi (commodity space). Bentuk grafis
kombinasi A hingga D dalam ruang komoditi itulah yang disebut indifference
curve (IC).
CIRI – CIRI PENDEKATAN ORDINAL
- Memiliki Slope atau Kemiringan Negatif
Berhubung indifference
curve mempertahankan kepuasan yang sama, maka penambahan di satu barang
harus diimbangi dengan pengurangan barang lainnya.
Dengan kata
lain, misal saat konsumen berusaha menambah pakaian, kompensasinya jumlah
makanan harus dikurangi. Itulah alasan IC bentuknya mengarah ke bawah (downward
sloping).
- Cembung ke Arah Ordinat
Bentuk kurva
cembung didasarkan pada asumsi tingkat subtitusi marjinal atau marginal
rate of substitution yang terus berkurang. Marginal rate of
substitution (MRS) adalah ukuran yang menggambarkan sejauh mana konsumen
bersedia menukarkan barang yang satu dengan barang lainnya dalam kurva IC yang
sama.
- Semakin ke Kanan, Semakin Tinggi Kepuasannya
Posisi IC yang lebih tinggi (lebih ke kanan)
menggambarkan jumlah pakaian dan makanan yang lebih banyak. Posisi IC tersebut
tentunya lebih disukai konsumen karena memberikan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi..
- Sesama Indifference Curve Tidak Saling Berpotongan
Sesama kurva IC tidak mungkin saling berpotongan.
Hal ini terkait dengan asumsi konsistensi dan transitivitas.
KELEBIHAN
PENDEKATAN ORDINAL
- Memiliki kepuasan konsumen berasal dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak sanggup diukur secara angka.
- Pendekatan ordinal dinilai secara subjektif.
- Pendekatan ordinal lebih realistis karena pengukurannya secara mengandalkan kualitatif.
- Pendekatan ordinal berdasarkan analisis kurva indiferen.
- Pendekatan ordinal dapat diukur berdasarkan peringkat preferensi komoditas jika dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Komentar
Posting Komentar